Rabu, 01 Desember 2010

Pilih Hormat?

Kebanyakan dari kita, selalu diajari oleh orang tua, guru, ustadz, dan lingkungan kita untuk tidak pilih kasih. Adil, alias tidak pilih kasih memang penting, namun ada hal lain yang sama pentingnya untuk di instropeksi. Yaitu pilih hormat. Maksudnya? Silahkan saja baca...

 Dari kecil, kita sebagai ‘Orang Timur’ diajarkan untuk selalu menghormati orang yang lebih tua dari kita. Kalau berbicara kepada mereka harus  dengan sapaan ‘Pak’, ‘Bu’, ‘Om’, ‘Tante’, ‘Pakde’, ‘Bude’, ‘Kakek’, ‘Nenek’, ‘Ayah’, ‘Bunda’, ‘Kakak’, ‘Mbak’, dan sebagainya. Di sekolah, kuliah, hingga di tempat kerja pun kita akhirnya terbiasa untuk menghormati orang yang lebih tua dari kita. Kemudian kita belajar satu hal lagi, yaitu untuk menghormati mereka yang secara structural berada levelnya di atas kita, atasan kita, senior kita, ataupun pemimpin kita.

Saya yakin kita semua mampu untuk bisa menghormati mereka yang lebih tua dan lebih senior secara level. Tapi, apakah kita juga sanggup untuk menghormati mereka yang lebih muda dan secara struktur organisasi berada sejajar atau bahkan di bawah kita? Pilih hormat sering kali terjadi pada mereka yang hanya sanggup untuk menghormati orang yang lebih tua, dan yang berada lebih tinggi daripada dirinya di struktur organisasi.
Sesungguhnya, seorang pemimpin adalah seseorang yang selain mampu memberikan arahan yang jelas dan memimpin timnya mencapai apa yang sudah ditargetkan diawal, dia juga adalah seseorang yang mampu menghormati seluruh anggota timnya.

Kita pasti sudah pernah mendengar pepatah kuno yang mengatakan, “Hormatilah orang lain seperti halnya kamu ingin dihormati oleh orang lain.” Pepatah ini masih berlaku hinggu sekarang. Bagaimana anda mau mendapatkan hormat dari tim anda, bawahan anda, teman-teman anda, kalau anda sendiri tidak menghormati mereka, dan anda tidak mendengarkan pendapat mereka?

Sejak dari kecil, saya diajarkan oleh orang tua saya untuk selalu baik terhadap semua orang, terutama kepada mereka yang bernasib kurang seberuntung saya. Semenjak kecil saya diharuskan untuk selalu bilang “Terima kasih” kepada pembantu di rumah. Didikan inilah yang membuat saya sampai detik ini selalu bilang “Terima kasih” kepada supir angkot, supir becak, tukang gorengan, pengisi bensin dan tukang parkir di mall. 

Selain karena kebiasaan sejak kecil, saya selalu bilang “Terima kasih” kepada tukang parkir di mall karena saya sadar bahwa mereka sesungguhnya mungkin tidak ingin bekerja sebagai tukang parkir. Tapi mereka tetap melakukannya, dan tetap tersenyum dan mengucapkan, “Terima kasih” ketika memberikan bukti tanda bayar parkir beserta uang kembalian kita. Saya selalu berpikir, “Apa sih susahnya untuk bilang ‘Terima kasih’ sambil senyum balik ke mereka sehingga mereka juga berasa dihormati?” Hal yang sangat mudah untuk dilakukan, tapi sering dilupakan atau bahkan dihiraukan oleh kebanyakan orang.
Bahkan Rasulullah menganjurkan untuk mengajak makan bersama pembantu di rumah kita sebagai penghargaan dan penghormatan atas jasa-jasanya.

Sabda Rasulullah S.A.W.:
Dari Abu Hurairah R.A.: Nabi Muhammad S.A.W. bersabda,“Bila pelayan kalian datang membawakan makanan, biarkan ia duduk dan makan bersama kalian makan, bila tidak, setidaknya bawakan satu dua bagian untuknya, karea ia telah merasakan panas(saat memasaknya) dan bekerja keras untuk memasaknya dengan baik.”
(Shahih Al-Bukhari No.5460)

Percaya deh, kalau kita sudah berhasil membiasakan untuk melakukan hal ini, untuk bisa menghormati  orang-orang yang levelnya sejajar dengan kita atau yang ada di bawah kita, akan menjadi sangat mudah. Dan alhasil kita juga akan jadi lebih mudah untuk dihargai dan dihormati orang lain. Semoga akan semakin banyak pemimpin yang humble, yang mampu untuk menghormati semua orang, tanpa pilih hormat!

Augie Reyandha Giuliano
Ketua Umum KRIMA - Margahayu Raya, Bandung
Ketua Umum DKM Jundullah - Politeknik Komputer Niaga LPKIA
kaki.lan9it@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BISMILLAHIRAHMANIRRAHIIM...Mulai Menjalankan program baruuu