Kebanyakan dari kita, selalu diajari oleh orang tua, guru, ustadz, dan lingkungan kita untuk tidak pilih kasih. Adil, alias tidak pilih kasih memang penting, namun ada hal lain yang sama pentingnya untuk di instropeksi. Yaitu pilih hormat. Maksudnya? Silahkan saja baca...
 Dari kecil, kita sebagai ‘Orang Timur’  diajarkan untuk selalu  menghormati orang yang lebih tua dari kita. Kalau  berbicara kepada  mereka harus  dengan  sapaan ‘Pak’, ‘Bu’, ‘Om’, ‘Tante’, ‘Pakde’, ‘Bude’, ‘Kakek’,  ‘Nenek’, ‘Ayah’, ‘Bunda’, ‘Kakak’, ‘Mbak’, dan sebagainya. Di sekolah, kuliah,  hingga di tempat kerja pun kita akhirnya  terbiasa untuk menghormati  orang yang lebih tua dari kita. Kemudian kita belajar satu hal  lagi, yaitu untuk menghormati mereka yang secara  structural berada  levelnya di atas kita, atasan kita, senior kita, ataupun pemimpin kita.
Saya yakin kita semua mampu untuk bisa  menghormati mereka yang lebih  tua dan lebih senior secara level. Tapi, apakah  kita juga sanggup untuk menghormati mereka yang lebih muda  dan secara  struktur organisasi berada sejajar atau bahkan di bawah kita? Pilih hormat sering kali terjadi pada mereka  yang hanya sanggup untuk menghormati orang yang lebih tua, dan  yang berada  lebih tinggi daripada dirinya di struktur organisasi.
Sesungguhnya, seorang pemimpin adalah  seseorang yang selain mampu  memberikan arahan yang jelas dan memimpin timnya  mencapai apa yang  sudah ditargetkan diawal, dia juga adalah seseorang yang  mampu  menghormati seluruh anggota timnya.
Kita pasti sudah pernah mendengar pepatah  kuno yang mengatakan,  “Hormatilah orang lain seperti halnya kamu ingin  dihormati oleh orang  lain.” Pepatah ini masih berlaku  hinggu sekarang.  Bagaimana anda mau mendapatkan hormat dari tim anda, bawahan anda, teman-teman anda, kalau  anda  sendiri tidak menghormati mereka, dan anda tidak mendengarkan pendapat   mereka?
Sejak dari kecil, saya diajarkan oleh orang  tua saya untuk selalu  baik terhadap semua orang, terutama kepada mereka yang  bernasib kurang  seberuntung saya. Semenjak kecil saya diharuskan untuk selalu  bilang  “Terima kasih” kepada pembantu di rumah. Didikan inilah yang membuat saya sampai detik ini selalu  bilang  “Terima kasih” kepada supir angkot, supir becak, tukang gorengan, pengisi bensin dan tukang parkir di mall. 
Selain karena kebiasaan sejak kecil, saya selalu  bilang “Terima  kasih” kepada tukang parkir di mall karena saya sadar  bahwa  mereka sesungguhnya mungkin tidak ingin bekerja sebagai tukang parkir.   Tapi mereka tetap melakukannya, dan tetap tersenyum dan mengucapkan,  “Terima kasih” ketika memberikan bukti tanda  bayar parkir beserta uang  kembalian kita. Saya selalu berpikir, “Apa sih  susahnya untuk bilang  ‘Terima kasih’ sambil senyum balik ke mereka sehingga  mereka juga  berasa dihormati?” Hal yang sangat mudah untuk dilakukan, tapi  sering  dilupakan atau bahkan dihiraukan oleh kebanyakan orang.
Bahkan Rasulullah menganjurkan untuk mengajak makan bersama pembantu di rumah kita sebagai penghargaan dan penghormatan atas jasa-jasanya.
Dari Abu Hurairah R.A.: Nabi Muhammad S.A.W. bersabda,“Bila pelayan kalian datang membawakan makanan, biarkan ia duduk  dan makan bersama kalian makan, bila tidak, setidaknya bawakan satu dua bagian untuknya, karea ia telah merasakan panas(saat memasaknya) dan bekerja keras untuk memasaknya dengan baik.”
(Shahih Al-Bukhari No.5460)
Percaya deh, kalau kita sudah berhasil membiasakan  untuk melakukan  hal ini, untuk bisa menghormati  orang-orang yang levelnya  sejajar  dengan kita atau yang ada di bawah kita, akan menjadi sangat mudah. Dan alhasil kita juga akan jadi lebih mudah untuk dihargai dan dihormati orang lain. Semoga  akan semakin banyak pemimpin yang humble,  yang mampu untuk menghormati semua orang, tanpa pilih hormat!
Augie Reyandha Giuliano
Ketua Umum KRIMA - Margahayu Raya, Bandung
Ketua Umum DKM Jundullah - Politeknik Komputer Niaga LPKIA
kaki.lan9it@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar