Minggu, 09 September 2012

Menyampaikan

Alkisah, sebuah negeri di pinggir pantai areanya kian sempit akibat naiknya permukaan air laut. Hal ini di perparah oleh terjangan banjir dan badai yang menenggelamkan ribuan rumah. Akhirnya Sang Pemimpin memutuskan untuk mengikuti jejak sebuah negeri lain nun jauh di benua utara, untuk membangun bendungan. Tentu saja hal ini disambut dengan baik, terutama oleh masyarakat yang tergusur oleh air laut, dan kini tinggal di tempat yang kurang layak.

Pembangunan pun dimulai dengan mengerahkan tenaga ribuan orang. Sebagian merupakan ahli bangunan professional, sisanya adalah rakyat yang sukarela membantu pembangunan. Rama adalah salah satu diantaranya, ia memutuskan menjadi sukarelawan dengan harapan bisa tinggal di tempat yang lebih layak. Namun sangat disayangkan, ternyata penduduk negeri itu, termasuk Rama sendiri, memiliki sebuah kebiasaan buruk. Korupsi.

Suap, Mark Up, sampai korupsi kecil seperti nyontek di sekolah merupakan hal yang lumrah bagi mereka. Rama yang melihat antusiasme masyarakat, awalnya menyangka pembangunan ini adalah proyek pertama mereka yang bebas korupsi. Bendungan ini tidak hanya akan meluaskan kota, tapi sekaligus menjadi landmark yang membanggakan. Keberhasilan mereka menaklukkan alam yang menggerus tempat tinggal mereka.

Tapi ternyata tidak. Baru hari ketiga pembangunan, Rama yang hanya mandor sebuah tim kecil, menyadari adanya keganjilan. Perbandingan bahan baku tidak sesuai seharusnya. Dan benar saja, sore harinya para pekerja termasuk Rama mendapatkan uang tutup mulut. Terbiasa dengan hal ini, Rama langsung menerima uangnya dan pulang ke rumah. Tentu saja, uang itu diperlukan untuk memberi makan mereka, sukarelawan hanya mendapat sedikit honor.

Pembangunan terus dilanjutkan, dengan terus memakai takaran yang berbeda dengan planning para teknik sipil di proposal. Bagaimana tidak, sebagian uang yang seharusnya dipakai untuk membeli bahan, masuk ke kantung pelaksana pembangunan. Tak apalah, meskipun berbeda dengan anjuran teknik sipil, tapi masih bisa kok, mendirikan bangunan dengan takaran itu. Hanya satu orang yang terus merasakan keganjilan, bulu kuduknya seringkali merinding setiap kali melihat bangunan bendungan yang semakin meninggi.

Rama, untuk pertama kalinya merasakan bahwa korupsi ini merupakan sebuah kesalahan. Ingin sekali rasanya memberitahu teman-temannya, mengingatkan, menyadarkan kalau yang selama ini mereka lakukan adalah kesalahan. Tapi hatinya ciut, dia sadar, dirinya sendiri adalah pelaku korupsi itu. Dirinya telah menikmati uang haram yang pada kali ini, akhirnya mendatangkan rasa tidak enak pada dirinya.

Sayang, firasat buruk dan rasa bersalah Rama tidak cukup kuat melawan rasa takutnya untuk menyampaikan kebenaran itu. Ia takut ia akan dibenci, takut disangka tiba-tiba sok suci. Ia takut terusir dari lingkungannya, takut mengalami hal yang sama dengan seorang anak yang tidak mau memberikan contekan saat ujian. Anak itu dan keluarganya yang menyampaikan kebenaran, malah terusir dari desanya. Lagipula, siapa yang akan mendengarnya, yang sama-sama pelaku korupsi? Walaupun ia telah berhenti menerima uang itu, banyak orang tahu, tidak terhitung dosa yang pernah ia lakukan. Tidak mungkin ia mengembalikan semuanya, sudah terlanjur basah. Akhirnya, keinginan menghentikan kebiasaan ini hanya bisa ia kunci rapat-rapat.

Sesaat sebelum datangnya musim badai, para pelaksana akhirnya selesai membangun mahakarya itu. Sebuah bendungan raksasa, setinggi puluhan kaki, yang akan menahan badai sebesar apapun telah lahir. Lihatlah, tidak ada masalah dengan bendungan itu. Dua minggu setelah peresmian, badai besar datang, dan bendungan itu berhasil membuat wilayah yang dilindunginya tetap kering. Daerah yang dulunya sering terkena banjir, bahkan yang dulunya selalu terendam air, kini telah kering.

Seluruh penduduk senang, dengan segera mereka kembali mendirikan rumah-rumah mereka yang dulu terendam air laut. Para warga yang dulu ditumpangi pengungsi pun senang, bahkan tak sedikit yang ikut mendirikan rumah baru pada lahan yang dulunya terendam oleh air. Begitupun Rama, sekarang ia dan keluarganya hidup bahagia di rumah barunya, lupa akan firasat buruk yang dulu ia rasakan.

Namun malam itu datang. Setahun setelah bendungan itu pertama kali berdiri dengan gagah. Badai yang besar seperti biasanya datang. Air yang biasanya hanya setinggi kaki bendungan, naik sampai hanya berjarak beberapa meter dari bagian atas bendungan. Perhitungan para ahli benar, air tidak akan melebihi bagian atas bendungan. Namun begitu pula perhitungan mereka akan takaran bahan. Bendungan dengan takaran yang telah dimodifikasi, tidak mampu menahan tekanan air yang meninggi.

Rama, sedang menikmati makan malam disaat ia mendengarnya. Sebuah suara yang tidak biasa, suara patahan yang mengerikan, begitu keras menggelegar ke seluruh penjuru. Berlari ke jendela, Rama tahu darimana suara itu berasal. Bendungan setinggi puluhan kaki yang setahun penuh berdiri kokoh, tanpa cacat, kini memiliki retakan besar. Istri dan anak Rama menyusul ke jendela. Hitungan detik, retakan itu merekah dengan dentuman besar lagi. Kini disertai bergalon-galon air yang menyeruak dengan ganasnya. Ratusan rumah di sekitar bendungan itu menyaksikannya, terhenyak, panik, terdiam, berbagai reaksi tidak akan merubah apapun. Sudah terlambat untuk lari.

Rama hanya terdiam disaat istri dan anaknya berteriak panik.
Inilah pembuktian firasat yang dulu aku rasakan.
Air menyeruak semakin dahsyat. Tanah tiba-tiba bergetar. Bendungan raksasa itu hancur mulai dari bawahnya. Air menghantam ratusan rumah terdekat dengan keecepatan tinggi.
Seandainya aku tidak takut menyampaikannya, mencoba mengingatkan semua orang.
Bendungan itu akhirnya runtuh, luluh lantak. Reruntuhan terbawa oleh gelombang air yang kini tingginya puluhan kaki. Membuat sapuan gelombang semakin kuat dengan berton-ton bongkahan material.

Seandainya aku menyampaikan, mungkin ada orang lain yang berpikiran sama. Ada orang lain yang bisa membantuku menghentikan kebodohan kami. Ada orang lain yang juga ingin mengingatkan kami, namun diam karena merasa sendiri, sepertiku. Seandainya aku mengajak mereka, memperbaiki bersama-sama.
Air bergerak dengan kecepatan ratusan mil perjam. Menyapu seluruh benda dijalannya tanpa belas kasih. Menuju rumah Rama yang juga berada disana. Badai kematian kini hanya beberapa meter darinya.
Harusnya aku tahu, terkadang untuk menerapkan kebaikan kepada diri sendiri butuh bantuan dari orang lain. Jika mereka sepaham dan mengerti, mereka akan mengingatkanku. Kalaupun mereka tidak menyukainya, menganggapku munafik, itu jadi cambukkan untukku. 
Dalam gerakan lambat yang mengerikan, gelombang itu menghantam rumah Rama.
Ya, memang seharusnya aku menyampaikannya. Menyampaikan setitik hidayah itu pada orang lain.
Dalam gerakan lambat yang menyakitkan, tubuh keluarga kecil itu tertubruk kekuatan raksasa tanpa ampun. Hancur, karena kini gelombang itu bukanlah gelombang air, partikel padat yang memenuhinya membuat gelombang itu seperti tembok berjalan.

Gelombang terus berjalan tanpa henti sampai sebagian besar negeri itu hancur, jauh lebih parah dibanding banjir yang dulu terjadi. Meninggalkan bukti dan kenangan agar rakyat yang tersisa, tidak berhenti saling menyampaikan pemahaman yang baik.

***

----------------------------
Naskah asli 10 Juli 2011.
Mengarang bebas, dibikin waktu habis ikut kajian menyangkut kasus kejujuran Ny. Siami yang panas waktu itu. intisarinya:

"Jangan takut akan dikata sok suci atau dikata ria dalam menyampaikan sebuah kebaikan oleh lingkungan, jangan takut akan pujian maupun cacian karenanya. Jika itu adalah hal yang baik, maka sampaikanlah."

Butuh materi yang bentuknya narasi, makanya jadinya kayak gini.
Tapi akhirnya ga dipake juga sih, terlalu horror.

----------------------------
Semoga memberikan manfaat, terutama bagi saya sendiri. 
Jika apa yang akan saya kemukakan ini benar, berarti kebenaran itu semata-mata dari Allah dan hanya milik-Nya segala puji. Jika tidak demikian, maka hanya kebaikanlah yang sebenarnya saya inginkan. Kuasa Allah-lah dalam segala urusan, sebelum dan sesudahnya.

Augie Reyandha Giuliano
Bandung, 9 September 2012

Kamis, 06 September 2012

Proposal Bernama Niat Baik

Siapa sih yang ga pingin jadi orang kaya? Sekalipun banyak orang bilang mereka lebih senang miskin, saya yakin, kalau dikasih duit satu miliar gratis sih bakal mau-mau aja. Kalau masih ngerasa ga pernah pingin kaya, ya sah-sah aja. Namun yang disayangkan adalah, dari banyak orang yang pingin kaya, pinginnya cuma sekedar pingin. Mereka berusaha mati-matian mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya tanpa makna, tanpa niat baik. Padahal sudah jelas, pada saat kita niatnya cuma cari uang, ya cuma uang yang didapet. Pada saat kita niatnya cuma cari uang, ya cuma uang yang didapet. Diulang biar dramatis.

Padahal, uang itu ga bisa, jadi parameter kebahagiaan dan sumber kebahagiaan kita. Banyak yang karena hartanya terhambur, anak-anaknya jadi terfasilitasi macem-macem, jadi susah didiknya. Banyak karena dirumahnya kosong, ga ada tivi, komputer, pees, apalagi facebook. Anak-anaknya hiburannya cuma buku-buku pinjaman, malah jadi pintar, bermanfaat untuk orang-orang.
Punya 10 mobil, emang bisa dipake semuanya sekaligus? Punya rumah besar, tetep aja horor kalo anggota keluarga pada ga ada, pulang-pulang mabuk habis dugem, marah-marah, tengkar. Nyamankah hidup seperti itu? Kerja mati-matian, dari pagi sampai malam, ga pernah ketemu keluarga, apa bedanya dengan 'diperbudak dunia'? Mending kalau memang berhasil mendapatkan, nyatanya kebanyakan golongan menengah yang menghabiskan hidupnya untuk bekerja, akhirnya ya gitu-gitu aja.

Disisi lain, ada lho, ga sedikit malah, orang yang 'dilayani dunia'. Apa yang mereka butuh, dengan mudah didapat. Disaat mendesak, selalu saja ada jalan. Butuh tempat untuk acara? Tiba-tiba ada yang nawarin. Butuh akses ke suatu tempat? Tiba-tiba kawan lama yang punya akses 'kebetulan ketemu' di jalan. Bahkan butuh pesawat jet sekalipun, bisa didapat. Banyak orang yang seperti ini, 'dilayani dunia'.

Kuncinya apa? Niat.

Orang-orang seperti ini berhasil, bukan hanya karena banting-tulangnya mereka di kantor, bukan hanya karena gelar-gelar yang mereka kumpulkan, bukan hanya karena bussiness plan mereka yang bagus, dream yang besar, network yang kuat, modal besar, atau apapun. Tapi juga karena niat mereka.

Kebanyakan pingin kaya ya sekedar pingin kaya. Pas ditanya lebih dalam, bingung. Mau ngapain?
Akhirnya kayak cerita-cerita diatas. Karena bingung, kacau deh kehidupan dan keluarga.
Banyak juga orang pingin kaya hanya tergiur dengan yang namanya Financial Freedom, Time Liberation. Terus kalo udah bebas waktu, mau ngapain? Main game online seharian? Nonton Blu-Ray 10 keping sehari? Ngabisin waktu di depan Monitor? Mau ngapain?

Kalo seseorang niatnya udah baik, pasti bisa jawab pertanyaan diatas. Punya uang banyak, bikin fasilitas umum. Punya Time Liberation, buat ngisi training-training atau jadi konselor untuk kemajuan bangsa. Punya Financial Freedom, buat bikin sekolah atau rumah sakit gratis tanpa musingin pemasukan darimana. Punya banyak perusahaan, biar orang-orang bisa gampang dapet kerjaan, dan lain-lain. Dan itulah yang bikin mereka lebih mudah dapet rezeki, Allah lebih mudah membukakan keran rezeki untuk mereka.

Ad-du'a, berdoa, asal katanya an-nida, berseru. Doa itu menyerukan permintaan. Bahasa inggrisnya, 'Propose', meminta, melamar, 'Propose', diserap ke bahasa, jadi proposal. Kalau kita minta dana ke sebuah instansi, harus pakai proposal kan?
Bayangin deh, kalau kita minta, 10 Milyar aja misalnya. Dan begitu ditanya, 10 Milyar buat apa, kita jawabnya, "Pingin aja pak, bapak ga usah banyak tanya deh". Mana mungkin dikasih?
Ngasih proposal itu, harus jelas komponennya, untuk apa? Apa yang mau dibeli? Manfaatnya apa?
"Saya mau riset pak, butuh 10 M, tapi bapak kasih dananya aja dulu, kalo udah, nanti saya pikirin buat beli apa aja." Ga akan mungkin dikasih kan?
Hati-hati kalau kita berdoa, "Ya Allah, lancarkan rezeki saya, kasih saya kerjaan, atau kasih saya ilham bisnis, atau apapun."  Tapi mau ngapain? Yakin Allah ngasih kalau cuma minta gitu aja? 

Harusnya niat ini yang kita dengung-dengungkan, mau apa kita dengan yang kita minta sama Allah.
"Ya Allah berikan saya rezeki." 
Terus untuk apa? Mau dipake apa aja? Muncratnya kemana aja?
"Ya Allah jodohkan saya dengannya."
Terus mau ngapain? Mau bikin keluarga yang gimana? Mau dibawa kemana tuh jodoh?
"Ya Allah, saya ingin ini, itu, dsb"
Apa gunanya? Yakin butuh? Butuh seberapa banyak?
Jawab sebanyak mungkin pertanyaan, bahkan terus kembangin proposalmu, semakin bagus proposalnya, semakin besar di-acc tuh doa.

Dan jangan lupa tunjukkin, setiap dapat rezeki, sekecil apapun, jalankan niat baik kita. Siapa tau itu baru kucuran rezeki tahap satu, buat ngetes sejauh mana niat baik kita. Kalau kita bener pake untuk kebaikan, Insya Allah tahap-tahap selanjutnya bakal di-acc sama Allah. Bakal ngerasain tuh, nikmatnya 'dilayani dunia'. Kalo nggak? Jangan harap deh.

Kalau proposalnya, niatnya, baik dan jelas, Allah ga akan segan-segan ngasih apapun, bahkan dikasih yang jauh lebih baik.
 
Semoga memberikan manfaat, terutama bagi saya sendiri.

Jika apa yang akan saya kemukakan ini benar, berarti kebenaran itu semata-mata dari Allah dan hanya milik-Nya segala puji. Jika tidak demikian, maka hanya kebaikanlah yang sebenarnya saya inginkan. Kuasa Allah-lah dalam segala urusan, sebelum dan sesudahnya.

Augie Reyandha Giuliano
Bandung, 6 September 2012

Selasa, 04 September 2012

International Hijab Solidarity Days :)

image source : http://www.facebook.com/PeduliJilbab | #pedulijilbab |
Happy International Hijab Solidarity Day, sist!
Karena wanita adalah sebaik-baik perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah yang terjaga dengan baik :)

4 September 2012

Sabtu, 01 September 2012

Simpel dan Remeh, tapi Mampu Menyentuh Hati


Ramadhan kemarin, saya menjadi panitia pada sebuah acara ifthar bersama anak yatim. Acaranya cukup meriah, dan diadakan di kediaman Gubernur Jawa Barat --yang tenyata besar buanget. Tapi ternyata, saya telah mendapat pelajaran penting sejak sebelum acara dimulai.

Jadi, kediaman Pak Gubernur itu cukup besar untuk punya "masjid pribadi". Uniknya, masyarakat sekitar turut memakmurkan "masjid pribadi" tersebut, yang akhirnya menjelma menjadi sarana umum --saya nggak tau peraturan aslinya gimana, cuman saya sendiri baru liat ada orang shalat di dalem rumah orang lain. So, para panitia yang menginap disana pun turut ikut shalat shubuh berjamaah. Shalat shubuh yang spesial, karena Pak Gubernur sendiri yang mengimami, dengan bacaannya yang fasih. Ternyata Beliau sekeluarga memang rajin shalat shubuh bersama rakyat sekitar di masjid itu.

Dan benar saja, setelah shalat salah satu panitia bertemu dengan ibu Gubernur. Disinilah muncul rasa takjub saya pada ibu Gubernur. Saat melihat teman saya tersebut, beliau langsung menghampiri dan bertanya, "Maaf, adek siapa ya, koq ibu baru lihat adek shalat disini?".

Ternyata beliau hafal dengan seluruh jamaah di masjid itu! Saya sendiri tahu beberapa pejabat yang bahkan dengan pembantu di rumahnya sendiripun nggak kenal, tapi Ibu Gubernur ini bahkan hafal dengan "rakyat jelata" yang numpang shalat di masjidnya. Hal yang simpel, tapi ga semua orang bisa melakukannya. Saya jadi ingat peristiwa lain yang pernah saya alami sebelumnya.

Saat itu dalam sebuah pelatihan, para pembicara yang ngetop, termasuk beliau, berhasil menyedot banyak peserta --kurang lebih 900 orang termasuk saya. Tiba-tiba beliau yang kini sudah menjadi anggota legislatif itu menghampiri saya di saat Isoma.
“Subhanallah, Augie? Antum apa kabar? Sudah nikah belum?” Sapanya ramah.
Tinggal saya yang tergagap disapa oleh beliau.

Rasa takjub luar biasa, bagaimana seorang seperti beliau masih mengingat nama saya yang bukan siapa-siapa --meskipun pertanyaannya cukup bikin nyesek. Saya terus memikirkan kapan beliau mengenal saya. Dan setelah menguras seluruh memori akhirnya saya mengingat beliau pernah memberikan materi di masjid kampus saya. Kebetulan saat itu saya masih jadi ketua Lembaga Dakwah Kampus disana --sebelum di D.O. tentunya.

Hanya itu, ya hanya itu. Kok bisa ya?
Memang hanya hal yang simpel. Tapi saya yakin, ga semua orang bisa melakukannya. Termasuk saya sendiri, yang masih merasa sulit untuk mengingat nama murid, trainee, klien, atau "kenalan selintas" yang lainnya.

Ternyata sangat dahsyat dampak positif jika kita mampu mengingat orang lain, apalagi berikut namanya. Siapa pun! Entah ia seorang rekan bisnis, teman kantor, teman kuliah, dosen, pemilik warung langganan kita, office boy, tukang parkir, bahkan ojek langganan kita.

Siapa pun ia, jika kita mengenalnya, ia akan merasa dihargai lebih. Seperti apa yang dilakukan Hasan Al-Banna --pendiri Persaudaraan Muslim-- yang sanggup menyentuh sisi-sisi terdalam dan paling sensitif dari seseorang, yakni hatinya. Yang sanggup mengingat nama dan mengenal seorang ikhwan cuma karena ia menandatangani kartu keanggotaan jama’ahnya. Ikhwan itu pun terkejut dan tersentuh hatinya ketika Hasan Al-Banna yang baru pertama kali berkunjung ke daerahnya itu sanggup mengenalnya dari ribuan anggota jama’ah lainnya.

Maka hati adalah pintu untuk masuknya hidayah dan cahaya kebenaran. Hati adalah gerbang penentu penerimaan seseorang terhadap dirinya. Hati adalah segumpal buhul dari silaturahim. Maka dengan sentuhan hati dakwah ini menyebar ke segala penjuru mata angin.
Ternyata mengingat nama seseorang akan langsung menyentuh hati orang tersebut.

Semoga memberikan manfaat terutama bagi saya sendiri.

Jika apa yang akan saya kemukakan ini benar, berarti kebenaran itu semata-mata dari Allah dan hanya milik-Nya segala puji. Jika tidak demikian, maka hanya kebaikanlah yang sebenarnya saya inginkan. Kuasa Allah-lah dalam segala urusan, sebelum dan sesudahnya.

Augie Reyandha Giuliano
Bandung, 31 Agustus 2012

_______________________________
kontributor : Augie Reyandha Giuliano

Antara Cinta dan Obsesi


Beberapa hari yang lalu ada seorang kawan bertanya, "Gie, apa bedanya cinta dan obsesi?"

Kalau menurut KBBI, definisinya adalah:

cinta /cin·ta/ a 1 suka sekali; sayang benar; 2 kasih sekali; terpikat (antara laki-laki dan perempuan); 3 ingin sekali; berharap sekali; rindu; 4 kl susah hati (khawatir); risau.

obsesi /ob·se·si/ /obsési/ n Psi gangguan jiwa berupa pikiran yg selalu menggoda seseorang dan sangat sukar dihilangkan.

Berbeda? Jelas, sangat berbeda.
Menjawab pertanyaan? Tentu tidak.

Karena pada kenyataanya, cinta dan obsesi jauh lebih sulit dibedakan.

Saat kita terpesona melihatnya, kagum menatapnya, begitu hebat, keren, terlihat berbeda, cantik, gagah, dan bla-bla-bla. Apakah itu cinta? Kalau disesuaikan dengan definisi, iya.
Tapi jika demikian cinta tak lebih seperti pengidolaan, keterpesonaan. Apa bedanya dengan obsesi? Seperti para remaja putri yang terobsesi dengan Boyband idolanya.

Perasaan saat kita sedang sendiri, kesepian, dalam masalah, membutuhkan teman, lantas teringat dengan seseorang, berharap banyak dia akan membantu, atau setidaknya mengusir sedikit gundah-gulana. Apakah itu cinta? Tentu saja, silahkan saja bandingkan dengan definisi KBBI nomor 3, ingin sekali; berharap sekali; rindu.
Lantas apa bedanya dengan obsesi? Pikiran yang mengganggu hanya bisa hilang setelah mendapatkan apa yang kita inginkan.

Saat kita ingin selalu bersamanya, selalu ingin didekatnya, selalu ingin melihat wajahnya, senyumnya, nyengirnya, bahkan gerakan tangan, gesture, bla-bla-bla. Ingin mendengar suaranya (meski suaranya fals), tawanya (walau tawanya cempreng), dll. Apakah itu cinta? Bisa saja, bagaimana mungkin bukan cinta?
Lantas apa bedanya dengan obsesi? Bahkan obsesi ini mulai menjadi penyakit berkepanjangan, si penderita mulai mengalami ketergantungan dengan seseorang tersebut.

Saat kita tergila-gila, selalu ingat dengannya, tidak bisa tidur, tidak bisa makan, berpikir jangan-jangan kita kehilangan akal sehat. Apakah itu disebut cinta? Orang bilang itu cinta.
Namun, jelas-jelas itu sama saja dengan obsesi, bahkan lebih parah, cinta tak lebih dari symptom penyakit psikis.

Jadi, apa bedanya?


Mungkin, membedakannya akan mudah, apabila kita telah mengerti, apa itu cinta. Dan saya tidak akan menyimpulkannya dalam tulisan ini, karena butuh penjelasan yang panjang hingga kita sama-sama saling mengerti, karena kata cinta itu sendiri bermakna berbeda bagi setiap insan. Apakah cinta itu?  Apakah cinta itu selalu 'suci'? Seperti kisah-kisah klasik, sang lutung yang mencintai putri, putri cantik yang mencintai makhluk buruk rupa, sampai Romeo yang mati bersama Juliet.  Ataukah cinta itu sebenarnya hanyalah argumen, pembenaran, dan ketidakberdayaan kita mengendalikan sesuatu, obsesi kita?

Maka, perlu sekali belajar dari sekitar, mendengarkan cerita orang-orang di sekitar, mengamati kelakuan orang yang 'katanya' sedang jatuh cinta. Jangan tanya ke orangnya, tapi tanyalah ke teman dekat orang yang jatuh cinta tersebut, karena biasanya kalau ada yang sedang jatuh cinta, yang sering jadi sansak curhat, ikutan sibuk, kadang sebal, yang tahu banyak justru temannya.

Sekali-kali, kumpulkan pertanyaan seperti: Apa itu cinta? Seperti apa bentuknya? Bagaimana bisa kita memilikinya? Tidak tahu jawabannya juga tidak apa, dengan terus rajin-rajin memperhatikan sekitar, maka kita menghadirkan akal sehat dan rasionalitas dalam memahami urusan ini, dan boleh jadi punya versi yang lebih baik jawabannya.

Terakhir, pernah dengar kalimat 'membolak-balikkan hati'? Ada banyak sekali kejadian, pagi ini kita cinta sekali dengan seseorang, nanti malam kita sudah amat benci padanya. Malam ini kita benci sekali dengan seseorang, besok pagi kita sudah cinta berat padanya. Karena ketahuilah, 'membolak-balikkan hati' adalah urusan Tuhan, sebagaimana Tuhan juga yang mampu meneguhkannya. Silahkan refleksikan kalimat ini, dengan seluruh kisah perasaan kita selama ini.

Yang membaca tulisan ini, bisa jadi semakin bertanya-tanya, namun bisa jadi mendapatkan jawabannya sendiri, saya harap sih begitu.

Bandung, 24 Agustus 2012.
Augie Reyandha Giuliano

_________________________
Kontributor : Augie Reyandha G.

Idul Fitri, Keluarga Baru, Rihlah!

Assalamu'alaikum
Wah pada kangen ya, udah lama belum apdet blog ?

KRIMA ingin mengucapkan:
Taqabbalallahu Minna wa Minkum
 SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1433 H
  Mohon Maaf lahir dan Bathin ya!

(Walaupun Idul Fitri udah lama lewat, tapi permintaan maaf tak pernah basi kan? :)

Dan asiknya setiap habis lebaran, kami kebanjiran calon anggota KRIMA baru dari Pesantren Kilat Ramadhan yang rutin kita selenggarakan setiap tahun. Semoga bisa membawa adik-adik menjadi lebih baik ya.. Aamiin.
Dan Itu juga artinya, 

SAAT NYA KITA RIHLAH !
Yok yok, ke BATU KUDA! :D





-ANGGOTA ADMIN BLOG YANG BARU :D-

BISMILLAHIRAHMANIRRAHIIM...Mulai Menjalankan program baruuu