Minggu, 09 September 2012

Menyampaikan

Alkisah, sebuah negeri di pinggir pantai areanya kian sempit akibat naiknya permukaan air laut. Hal ini di perparah oleh terjangan banjir dan badai yang menenggelamkan ribuan rumah. Akhirnya Sang Pemimpin memutuskan untuk mengikuti jejak sebuah negeri lain nun jauh di benua utara, untuk membangun bendungan. Tentu saja hal ini disambut dengan baik, terutama oleh masyarakat yang tergusur oleh air laut, dan kini tinggal di tempat yang kurang layak.

Pembangunan pun dimulai dengan mengerahkan tenaga ribuan orang. Sebagian merupakan ahli bangunan professional, sisanya adalah rakyat yang sukarela membantu pembangunan. Rama adalah salah satu diantaranya, ia memutuskan menjadi sukarelawan dengan harapan bisa tinggal di tempat yang lebih layak. Namun sangat disayangkan, ternyata penduduk negeri itu, termasuk Rama sendiri, memiliki sebuah kebiasaan buruk. Korupsi.

Suap, Mark Up, sampai korupsi kecil seperti nyontek di sekolah merupakan hal yang lumrah bagi mereka. Rama yang melihat antusiasme masyarakat, awalnya menyangka pembangunan ini adalah proyek pertama mereka yang bebas korupsi. Bendungan ini tidak hanya akan meluaskan kota, tapi sekaligus menjadi landmark yang membanggakan. Keberhasilan mereka menaklukkan alam yang menggerus tempat tinggal mereka.

Tapi ternyata tidak. Baru hari ketiga pembangunan, Rama yang hanya mandor sebuah tim kecil, menyadari adanya keganjilan. Perbandingan bahan baku tidak sesuai seharusnya. Dan benar saja, sore harinya para pekerja termasuk Rama mendapatkan uang tutup mulut. Terbiasa dengan hal ini, Rama langsung menerima uangnya dan pulang ke rumah. Tentu saja, uang itu diperlukan untuk memberi makan mereka, sukarelawan hanya mendapat sedikit honor.

Pembangunan terus dilanjutkan, dengan terus memakai takaran yang berbeda dengan planning para teknik sipil di proposal. Bagaimana tidak, sebagian uang yang seharusnya dipakai untuk membeli bahan, masuk ke kantung pelaksana pembangunan. Tak apalah, meskipun berbeda dengan anjuran teknik sipil, tapi masih bisa kok, mendirikan bangunan dengan takaran itu. Hanya satu orang yang terus merasakan keganjilan, bulu kuduknya seringkali merinding setiap kali melihat bangunan bendungan yang semakin meninggi.

Rama, untuk pertama kalinya merasakan bahwa korupsi ini merupakan sebuah kesalahan. Ingin sekali rasanya memberitahu teman-temannya, mengingatkan, menyadarkan kalau yang selama ini mereka lakukan adalah kesalahan. Tapi hatinya ciut, dia sadar, dirinya sendiri adalah pelaku korupsi itu. Dirinya telah menikmati uang haram yang pada kali ini, akhirnya mendatangkan rasa tidak enak pada dirinya.

Sayang, firasat buruk dan rasa bersalah Rama tidak cukup kuat melawan rasa takutnya untuk menyampaikan kebenaran itu. Ia takut ia akan dibenci, takut disangka tiba-tiba sok suci. Ia takut terusir dari lingkungannya, takut mengalami hal yang sama dengan seorang anak yang tidak mau memberikan contekan saat ujian. Anak itu dan keluarganya yang menyampaikan kebenaran, malah terusir dari desanya. Lagipula, siapa yang akan mendengarnya, yang sama-sama pelaku korupsi? Walaupun ia telah berhenti menerima uang itu, banyak orang tahu, tidak terhitung dosa yang pernah ia lakukan. Tidak mungkin ia mengembalikan semuanya, sudah terlanjur basah. Akhirnya, keinginan menghentikan kebiasaan ini hanya bisa ia kunci rapat-rapat.

Sesaat sebelum datangnya musim badai, para pelaksana akhirnya selesai membangun mahakarya itu. Sebuah bendungan raksasa, setinggi puluhan kaki, yang akan menahan badai sebesar apapun telah lahir. Lihatlah, tidak ada masalah dengan bendungan itu. Dua minggu setelah peresmian, badai besar datang, dan bendungan itu berhasil membuat wilayah yang dilindunginya tetap kering. Daerah yang dulunya sering terkena banjir, bahkan yang dulunya selalu terendam air, kini telah kering.

Seluruh penduduk senang, dengan segera mereka kembali mendirikan rumah-rumah mereka yang dulu terendam air laut. Para warga yang dulu ditumpangi pengungsi pun senang, bahkan tak sedikit yang ikut mendirikan rumah baru pada lahan yang dulunya terendam oleh air. Begitupun Rama, sekarang ia dan keluarganya hidup bahagia di rumah barunya, lupa akan firasat buruk yang dulu ia rasakan.

Namun malam itu datang. Setahun setelah bendungan itu pertama kali berdiri dengan gagah. Badai yang besar seperti biasanya datang. Air yang biasanya hanya setinggi kaki bendungan, naik sampai hanya berjarak beberapa meter dari bagian atas bendungan. Perhitungan para ahli benar, air tidak akan melebihi bagian atas bendungan. Namun begitu pula perhitungan mereka akan takaran bahan. Bendungan dengan takaran yang telah dimodifikasi, tidak mampu menahan tekanan air yang meninggi.

Rama, sedang menikmati makan malam disaat ia mendengarnya. Sebuah suara yang tidak biasa, suara patahan yang mengerikan, begitu keras menggelegar ke seluruh penjuru. Berlari ke jendela, Rama tahu darimana suara itu berasal. Bendungan setinggi puluhan kaki yang setahun penuh berdiri kokoh, tanpa cacat, kini memiliki retakan besar. Istri dan anak Rama menyusul ke jendela. Hitungan detik, retakan itu merekah dengan dentuman besar lagi. Kini disertai bergalon-galon air yang menyeruak dengan ganasnya. Ratusan rumah di sekitar bendungan itu menyaksikannya, terhenyak, panik, terdiam, berbagai reaksi tidak akan merubah apapun. Sudah terlambat untuk lari.

Rama hanya terdiam disaat istri dan anaknya berteriak panik.
Inilah pembuktian firasat yang dulu aku rasakan.
Air menyeruak semakin dahsyat. Tanah tiba-tiba bergetar. Bendungan raksasa itu hancur mulai dari bawahnya. Air menghantam ratusan rumah terdekat dengan keecepatan tinggi.
Seandainya aku tidak takut menyampaikannya, mencoba mengingatkan semua orang.
Bendungan itu akhirnya runtuh, luluh lantak. Reruntuhan terbawa oleh gelombang air yang kini tingginya puluhan kaki. Membuat sapuan gelombang semakin kuat dengan berton-ton bongkahan material.

Seandainya aku menyampaikan, mungkin ada orang lain yang berpikiran sama. Ada orang lain yang bisa membantuku menghentikan kebodohan kami. Ada orang lain yang juga ingin mengingatkan kami, namun diam karena merasa sendiri, sepertiku. Seandainya aku mengajak mereka, memperbaiki bersama-sama.
Air bergerak dengan kecepatan ratusan mil perjam. Menyapu seluruh benda dijalannya tanpa belas kasih. Menuju rumah Rama yang juga berada disana. Badai kematian kini hanya beberapa meter darinya.
Harusnya aku tahu, terkadang untuk menerapkan kebaikan kepada diri sendiri butuh bantuan dari orang lain. Jika mereka sepaham dan mengerti, mereka akan mengingatkanku. Kalaupun mereka tidak menyukainya, menganggapku munafik, itu jadi cambukkan untukku. 
Dalam gerakan lambat yang mengerikan, gelombang itu menghantam rumah Rama.
Ya, memang seharusnya aku menyampaikannya. Menyampaikan setitik hidayah itu pada orang lain.
Dalam gerakan lambat yang menyakitkan, tubuh keluarga kecil itu tertubruk kekuatan raksasa tanpa ampun. Hancur, karena kini gelombang itu bukanlah gelombang air, partikel padat yang memenuhinya membuat gelombang itu seperti tembok berjalan.

Gelombang terus berjalan tanpa henti sampai sebagian besar negeri itu hancur, jauh lebih parah dibanding banjir yang dulu terjadi. Meninggalkan bukti dan kenangan agar rakyat yang tersisa, tidak berhenti saling menyampaikan pemahaman yang baik.

***

----------------------------
Naskah asli 10 Juli 2011.
Mengarang bebas, dibikin waktu habis ikut kajian menyangkut kasus kejujuran Ny. Siami yang panas waktu itu. intisarinya:

"Jangan takut akan dikata sok suci atau dikata ria dalam menyampaikan sebuah kebaikan oleh lingkungan, jangan takut akan pujian maupun cacian karenanya. Jika itu adalah hal yang baik, maka sampaikanlah."

Butuh materi yang bentuknya narasi, makanya jadinya kayak gini.
Tapi akhirnya ga dipake juga sih, terlalu horror.

----------------------------
Semoga memberikan manfaat, terutama bagi saya sendiri. 
Jika apa yang akan saya kemukakan ini benar, berarti kebenaran itu semata-mata dari Allah dan hanya milik-Nya segala puji. Jika tidak demikian, maka hanya kebaikanlah yang sebenarnya saya inginkan. Kuasa Allah-lah dalam segala urusan, sebelum dan sesudahnya.

Augie Reyandha Giuliano
Bandung, 9 September 2012

21 komentar:

  1. artikel yang anda sajikan di blog ini sangat menarik. Ditunggu artikel selanjutnya.

    BalasHapus
  2. Masa depan adalah milik mereka yang menyiapkan hari ini.

    BalasHapus
  3. Langkah terbaik untuk meramalkan masa depan adalah dengan cara menciptakan sendiri masa depan tersebut.

    BalasHapus
  4. Jika engkau gagal pada hari ini, janganlah engkau berputus asa, karena masih ada hari besok dan seterusnya yang akan mengajakmu menjadi lebih sukses.

    BalasHapus
  5. Jangan menyerah atas impianmu. Impian memberimu tujuan hidup. Ingatlah, bahwa sukses bukan kunci utama kebahagiaan, Semangat!

    BalasHapus
  6. Kalau tidak pernah berani tersesat, maka kalian tidak akan pernah menemukan jalan baru.

    BalasHapus
  7. Janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari

    BalasHapus
  8. Salah satu hal tersulit dalam hidup adalah tetap menjadi dirimu sendiri ketika semua orang berusaha mengubahmu menjadi orang lain.

    BalasHapus
  9. Kerja keras memastikan anda berjalan dengan penuh tenaga, kerja cerdas memastikan anda bekerja dengan cara-cara yang tepat.

    BalasHapus
  10. Tidak semua kerja keras berhasil sampai pada tujuan, Tapi tak ada sesuatu yang besar yang bisa di capai tanpa melalui kerja keras.

    BalasHapus
  11. Keringat orang-orang yang bekerja keras adalah wewangian yang mengundang kesuksesan untuk datang menciumnya.

    BalasHapus
  12. Waktu yang tepat tidak akan pernah datang jika kamu hanya menunggunya sambil berpangku tangan

    BalasHapus
  13. Kurangnya kemampuan bukan alasan untuk keberhasilan, kesungguhan penuh semangat adalah modal keberhasilan.

    BalasHapus
  14. Do not give up on your dreams. Dreams give life purpose. Remember that success is not the primary key of happiness, spirit!

    Cream Penghilang Jerawat Alami

    Obat Peningkat Sistem Kekebalan Tubuh

    Obat Penyubur Sperma Alami

    Obat Penyakit Jantung Koroner

    BalasHapus
  15. Terkadang kita hidup di dunia ini hanya memikirkan kebutuhan kita dan tanpa memikirkan keselamatan hewan alam yang ada di dunia ini dan tanpa kita sadari benca munculnya bencana alam yang ektrim itu sebab kita manusia

    Cara Mengobati Mata Bintitan

    BalasHapus

BISMILLAHIRAHMANIRRAHIIM...Mulai Menjalankan program baruuu